Korupsi Ala Awak Kopaja AC


13228678521632934935
Bus Kopaja AC 013 jurusan Grogol - Ragunan, terlihat kondektur bersandar pada counter gate yang berfungsi sebagai penghitung jumlah penumpang yang naik.

Untuk mengikuti acara makan malam bersama para blogger dari 9 negara Asean, kemarin saya berangkat dari rumah jam 17.30. Jalan kaki dari rumah, saya sampai di halte Telkom Tomang sekitar sepuluh menit kemudian. Dalam keraguan saya mau naik bus apa menuju FX Plaza Senayan, ditengah kemacetan jalan S. Parman menjelang magrib itu saya melihat sebuah bus Kopaja AC 013 jurusan Grogol - Ragunan berjalan pelan mendekati halte.

Sampai bus tersebut di halte saya segera mendekat untuk naik dari pintu depan, sebagaimana peraturan yang di tetapkan oleh pengelola bus Kopaja AC tersebut. Begitu saya mendekati pintu, sang kondektur menyuruh saya untuk naik lewat pintu belakang. Dengan sengaja di berdiri di pintu, seakan untuk menghalangi saya serta penumpang lainnya yang akan naik dari pintu depan, dan menyuruh kami untuk melanggar aturan dengan naik dari pintu belakang.

Setelah saya duduk, begitu juga tiga penumpang lain yang juga baru naik bersama saya yang memang mendapati bus dalam keadaan kosong, saya menduga bahwa counter gate yang berupa palang besi bercabang tiga yang akan berputar ketika dilewati penumpang, yang  berada dekat pintu depan dan berfungsi untuk menghitung jumlah penumpang yang naik mungkin rusak, sehingga penumpang terpaksa di naikkan lewat pintu belakang. Padahal seharusnya pintu belakang ini tidak boleh terbuka, kecuali bila ada penumpang yang turun. Tapi di bus yang saya tumpangi ini, ada atau tidak ada penumpang yang turun, begitu mendekati halte, kedua pintunya, depan dan belakang terbuka. Sehingga memberi kesempatan untuk calon penumpang naik dari belakang, malah disuruh oleh sang kondektur atas arahan sopir.

Sampai di halte RS Harapan Kita, dua orang calon penumpang bersiap untuk naik. Kembali sang kondektur yang saat itu perempuan, berdiri di pintu depan sambil menyuruh calon penumpang yang mau naik untuk lewat pintu belakang. Setelah kedua penumpang itu naik dari pintu belakang, bus Kopaja AC itu pun  meneruskan perjalanan.

Sampai di halte Slipi Jaya beberapa calon penumpang nampaknya juga sudah bersiap hendak menaiki bus yang saya tumpangi ini. Kembali sang kondektur berdiri di pintu dan setelah bus berhenti, kembali dia menyuruh penumpang untuk naik dari pintu belakang. Tapi nampaknya sang kondektur menyadari bahwa disitu tengah berdinas seorang polantas, dia lalu turun dari bus dan menyuruh penumpang naik dari pintu depan. Tapi hanya satu orang yang naik dari pintu depan, sementara 3 orang lainnya sudah keburu naik dari pintu belakang.

Dari kejadian adanya penumpang yang disuruh naik dari pintu depan dan saya melihat sendiri bahwa counter gate itu tidak rusak, baru saya menyadari bahwa telah terjadi penghilangan data penumpang oleh awak bus Kopaja AC itu. Dengan menyuruh penumpang naik melewati pintu belakang, maka penumpang tersebut tidak akan terhitung oleh counter gate. Dengan tidak masuknya data karena tidak terhitungnya sang penumpang oleh counter gate, maka ongkos yang dibayarkan penumpang Rp. 5000 dengan sendirinya juga tidak akan masuk ke kas pengelola bus Kopaja AC ini, melainkan masuk kantong sang awak  bus. Sebuah praktek korupsi yang dengan lihai di lakukan oleh awak bus Kopaja AC ini.

Sementara data di counter gate tetap sedikit dari seharusnya yang ada, misalnya penumpang yang mereka angkut ada 100 orang, maka yang tercatat di Counter gate ini pasti dibawah itu. Bila ditanyakan kenapa hanya sedikit penumpang yang tercatat di Counter gate ini, maka dengan enteng kedua awak bus ini akan berkata "penumpang sepi...!"

Besarnya gaji pengemudi bus Kopaja AC yang Rp. 2,6 juta untuk pengemudi dan Rp. 2,1 juta untuk kondektur perbulannya, mungkin dirasa belum cukup oleh kedua awak bus ini. Sehingga mereka melakukan tindakan tidak terpuji itu, menggerogoti dari dalam apa yang sebenarnya bukan hak mereka dan melanggar aturan perusahaan yang telah mereka tanda tangani sewaktu diterima di perusahaan ini.

Mungkin kita bisa menghitung berapa ongkos yang dibayarkan penumpang yang ditilep awak bus ini, bila dalam satu trip perjalanan saja mereka bisa menghilangkan data lebih dari sepuluh penumpang?